Melihat Peran Perempuan Dalam Menurunkan Stunting di Tanah Air


Peran serta perempuan dalam hal ini ibu rumah tangga sebagai garda terdepan dalam edukasi di lingkungan keluarga sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup keluarga.

Hal itu terungkap dalam Edukasi dan talkshow Pangan Sehat Gizi Seimbang yang dilakukan di Mesjid Mujahidin kota Bandung pada Kamis 28 Maret 2019, sekaligus dilakukan penandatanganan kerjasama YAICI dan PP Aisyiyah. Hadir dalam kegiatan Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah  Dra. Chairunnisa.M.Kes, Ketua Harian YAICI Arif Hidayat SE.MM, dr. Dadi ,Sp.A perwakilan IDAI Jawa Barat, Kepala Bidang Informasi Komunikasi BPOM Jawa Barat Rusiana MSc.

Menurut World Health Organization (WHO), masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap buruk jika prevalensi stunting lebih dari 20 persen. Artinya, secara nasional masalah stunting di Indonesia tergolong kronis. Indonesia masih belum lepas dari negara darurat gizi buruk, karena prevalensi stunting pada tahun 2017 masih mencapai angka 29,6%. Walaupun hasil tahun 2017 ini sedikit naik dari tahun 2016 yang mencapai angka 27,5%.

Baca juga : MENGENAL TERAPI PARAFIN BATH ALA FILM WANTED-NYA ANGELINA JOLIE

Mungkin sebagian masyarakat kita belum terlalu faham atau tahu secara jelas apa itu stunting. Stunting adalah kondisi pertumbuhan tubuh yang dibawah standar (pendek) diantara seumurnya yang diakibatkan oleh kurangnya gizi secara kronis.


Dampak dari stunting ini jika dalam jangka pendek bisa mengganggu perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pada pertumbuhan fisiknya, serta gangguan metabolisme.

Jika tidak ditangani dengan baik, secara jangka panjang stunting bisa menurunkan kemampuan kognitif otak, kekebalan tubuh lemah dan akan mudah sakit, dan munculnya penyakit metabolik seperti kegemukan (obesitas), penyakit jantung koroner, hipertensi, osteoporosis, penurunan toleransi glukosa dan penyakit pembuluh darah.


Menurut dr. Dadi ,Sp.A perwakilan IDAI Jawa Barat penyebab utama dari stunting adalah kurangnya asupan nutrisi pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Apalagi di usia anak batita (bawah tiga tahun) yang terkadang salah persepsi dalam memberikan asupan gizi salah satunya pemberian susu.

Tidak semua susu baik untuk dikonsumsi secara terus menerus setiap hari. Seperti kita ketahui ada beberapa jenis susu yang ada disekitar lingkungan kita, dari ASI, Susu Bubuk, Susu Sapi Segar, Susu UHT, dan Susu Kental Manis (SKM).

Nama terakhir disebut yang selama ini menjadi rancu dan bahkan menjadi salah pemahaman di masyarakat banyak apalagi dengan tampilan iklan produk nya. Ketua Harian YAICI Arif Hidayat SE.MM, menjelaskan sedikit fakta tentang SKM yang masyarakat awam menganggap nya sebagai susu.

Baca juga : TINGKATKAN METABOLISME TUBUH DIMASA PANDEMI DAN MENCEGAH PERADANGAN DENGAN KONSUMSI TAURINE

SKM sendiri dibuat dari susu sapi yang airnya dihilangkan dan ditambahkan gula. Didalam 1 sendok makan SKM terkandung 21 gr gula, 3 gr protein, 3,5 gr lemak, 4 mg natrim, dan 150 mg kalium. Terlihat jelas kandungan komponen lemak dan gula pada SKM sangat tinggi dibanding kandungan protein yang ada.


Kepala Bidang Informasi Komunikasi BPOM Jawa Barat Rusiana MSc. menuturkan SKM mengandung gula sebesar 40-50%, kadar gula yang tinggi pada SKM meningkatkan resiko diabetes dan obesitas pada anak-anak, asupan gula yang berlebihan akan merusak gigi anak.

Jadi susu kental manis ini tidak disarankan untuk dikonsumsi langsung oleh anak-anak apalagi untuk jangka waktu yang lama. SKM hanya disarankan sebagai topping makanan saja.

Semua peserta talk show yang mayoritas kalangan ibu ibu banyak yang merasa kaget dengan fakta yang disampaikan para narasumber. Mereka yang merupakan anggota dari Aisyiyah organisasi perempuan di Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Jawa Barat.

Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah  Dra. Chairunnisa.M.Kes mengatakan Aisyiyah sebagai organisasi perempuan di Indonesia turut berperan mengawal generasi emas 2045. Saat Indonesia berusia 100 tahun, maka 70% dari jumlah penduduknya adalah angkatan kerja atau usia produktif.


Karenanya, mulai saat ini kita harus bisa memastikan kesehatan terutama gizi agar menghasilkan angkatan kerja yang berkualitas dan menjadi generasi yang kreatif, inovatif, produktif dan berkarakter dan tidak menjadi beban bagi Negara, ujarnya.

Komentar