Sanghyang Kenit : Pesona Citarum Purba Yang Kembali Muncul


Di balik Sungai Citarum yang kian tercemar, ternyata tersembunyi aliran sungai Citarum Purba yang penuh dengan kekayaan sejarah dan ilmu pengetahuan. Terletak di Desa Rajamandalakulon Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat, Sanghyang Kenit menjadi sebuah destinasi wisata "baru" yang sekarang makin diminati dan dicari oleh pengunjung.

Orang akan lebih mengenal nama Sanghyang Heuleut, Sanghyang Tikoro, Sanghyang Poek, atau Sanghyang Gobang yang lebih dahulu terexplore dibanding nama Sanghyang Kenit. Padahal secara lokasi Sanghyang Kenit ini berdekatan dengan Sanghyang-Sanghyang lainnya, terutama Sanghyang Tikoro. Karena terdapat satu goa yang ternyata menghubungkan antara Sanghyang Kenit ini dengan Sanghyang Tikoro.

Goa Sanghyang Kenit

Goa sepanjang 300 meter ini terletak di sebelah kiri samping jalan masuk ketika menuruni Sanghyang Kenit. Menurut Kang Dodo salah satu pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sanghyang Kenit, goa ini bisa dimasuki oleh pengunjung dengan catatan harus didampingi oleh pemandu dan menggunakan lampu penerangan. Jadi untuk pengunjung yang penasaran ingin mengetahui suasana dan kondisi goa purba yang hanya bisa dimasuki ketika air sungai Citarum ini surut.

Destinasi Wisata Sanghyang Kenit ini memang sudah ada sejak dahulu kala serta sering dikunjungi beberapa mahasiswa pecinta alam ketika volume air dari bendungan Saguling yang dibuang ke sungai Citarum ini mengecil. Tetapi baru beberapa bulan inilah secara resmi dibuka dan dikelola oleh Pokdarwis Sanghyang Kenit. Untuk sekarang jumlah pengunjung jika hari Sabtu dan Minggu bisa mencapai ratusan orang.


Bertemu dengan pengurus pokdarwis sanghyang kenit

Di Sanghyang Kenit ini selain pengunjung bisa menikmati pemandangan alam sungai Citarum purba dengan bebatuan yang berusia jutaan tahun, Goa purbakala, juga bisa bermain river tubbing di pinggir sungai Citarum menggunakan rompi dan ban dalam. Kebetulan saya berkunjung ke Sanghyang Kenit ini beberapa waktu lalu ditemani rekan rekan dari komunitas penggerak pariwisata GenPI Bandung Raya, serta BPD Desa Rajamandalakulon yang ingin melihat langsung suasana dan kondisi di Sanghyang Kenit ini. 

Melihat tingkat kunjungan yang semakin meningkat, pihak pemerintahan Desa Rajamandalakulon pun merasa senang dan sekaligus bangga akan pencapaian yang sudah terlihat. Karena fungsi dibentuknya Pokdarwis itu selain untuk mengelola destinasi wisata, tetapi juga untuk memberdayakan masyarakat sekitar hingga bisa meningkatkan ekonomi di sekitar Sanghyang Kenit.


Walaupun secara fasilitas dan akses menuju ke lokasi belum sepenuhnya bagus, tetapi tidak mengurangi minat pengunjung untuk melihat keagungan Tuhan yang terlihat di keindahan warna warni bebatuan berusia ratusan atau bahkan jutaan tahun yang bisa kita saksikan ketika air di sungai ini surut. Ada sebuah batu yang menjadi pusat perhatian saya ketika berkeliling di aliran sungai. Karena bentuk dan ukurannya yang berbeda. Ketika saya tanya sebagian orang menyebutnya batu itu "Batu Naga" karena bentuknya menyerupai kepala naga di film film.

Untuk sampai ke Sanghyang Kenit bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu menggunakan kendaraan umum atau membawa kendaraan pribadi langsung. Untuk kendaraan umum dari arah Bandung bisa menggunakan Bis AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) jurusan Bandung - Sukabumi, atau Bandung - Cianjur. Atau bis AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) jurusan Garut - Jakarta (Via Puncak) juga Tasikmalaya - Jakarta (Via Puncak). Minta berhenti di Prapatan Saguling, karena tidak ada angkutan umum atau online untuk menuju ke Sanghyang Kenit hanya bisa menggunakan jasa ojek pangkalan. Tarif nya antara 10rb hingga 15rb tergantung nego kita. Untuk yang dari arah Jakarta, Bogor, Sukabumi, atau Cianjur bisa menggunakan bis AKAP juga dan berhenti di Prapatan Saguling.


Untuk yang membawa kendaraan pribadi sepeda motor atau mobil belok menuju arah bendungan Saguling, melewati pos penjagaan Indonesia Power hingga menemukan pertigaan menuju Power House belok ke kanan. Sesudah jembatan kecil lurus hingga perempatan ambil jalan ke kiri hingga 200 meter sebelah kanan ada pelataran yang ditumbuhi pohon karet yang masih baru.

Baca juga : STONE GARDEN CITATAH : WISATA ALAM BANDUNG WARISAN JAMAN PURBA

Untuk sepeda motor bisa dibawa langsung menuju parkiran dibawah mengikuti jalur cor pembuangan air (bagi yang kurang berani disarankan untuk minta tolong ke yang lain karena akan seperti menaiki roller coaster di alam bebas hehehe). Dan untuk mobil disarankan parkir di pos penjagaan di perempatan sebelum jembatan.

Pengunjung berfoto di Batu Naga 

Semua lelah, capek, penat yang ada ketika kita diperjalanan akan hilang dengan sendirinya ketika kita berkunjung ke Sanghyang Kenit ini. Apalagi sambil menikmati sajian Nasi Liwet yang bisa kita pesan terlebih dahulu melalui pengurus Pokdarwis setempat, dijamin makin membuat kita betah berlama lama di aliran sungai penuh sejarah ini.

Disekitar Sanghyang Kenit ini juga terdapat beberapa tempat wisata yang bisa sekalian kita kunjungi seperti Sanghyang Heuleut, Sanghyang Tikoro, Pemandian Air Panas Rajamandala, Curug Jawa, Curug Bedil, atau hutan pinus di Wana Mandala Cengkrong. Jadi kapan mau mengunjungi tempat wisata Sanghyang Kenit ??




Komentar

  1. wah, aku jadi penasaran nih

    BalasHapus
  2. Sedih juga ya kalo potensi wisata yang bagus tapi tercemar, apa airnya tercemar itu mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aliran air yang dari bendungan Saguling menuju Sanghyang Kenit ini termasuk kedalam 6km yang bersih

      Hapus
  3. wuihh gokill
    Bebatuannya itu lho, mantap banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sering dijadikan bahan penelitian oleh mahasiswa ITB, dan dijadikan geotrack juga

      Hapus
  4. Pemandangannya cantik, nama tempatnya juga cantik..ternyata di Bandung ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak wisata yang belum terangkat disini. Saya mencoba membantu melalui tulisan ini

      Hapus
  5. AAliran sungainya tenang bnht ya, kyk ngk berarus sama sekali. Kece banget pepotoannya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ini aliran airnya pas kecil dan ditutup ke pintu air di pembuangan PLTA Saguling

      Hapus
  6. Tempatnya cantiiik. Banyak bebatuan. Tapi aku penasaran kenapa nama depannya Sanghyang. Dan ada banyak Sanghyang. Arti Sanghyang apa sih mas kalau boleh tau. Penasaran dengan namanya yang unik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sanghyang itu dewa karena hampir semua destinasi wisata yang berada di sini merupakan aliran dari sungai citarum (purba) dan identik dengan legenda Sangkuriang.

      Hapus
  7. Baru tahu ada Goa Sanghyang Kenit. Ternyata di balik Sungai citarum ada goa ini.Viewnya bagus, ya. Suka deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bisa wisata sambil belajar sejarah atau bahkan geografi hehehe

      Hapus
  8. Wah, baru tau aku ada Sahhyang Kenit...ternyata ada sisi keindahan di Citarum ya :) Makan nasi liwet bareng2 teman sambil menikmati suasanan di sana pasti asik banget. Oh ya, aku jadi teringat soal Pokdarwis ini kan Kelompok Sadar Wisata ya ... Wisata Goa Pindul di Jogja dulunya juga terbentuk karena salah satunya oleh Pokdarwis ya. Yang penting pengunjung sadar diri ga merusak, buang sampah sembarangan dll, maka wisata alam semacam ini sangat baik dan edukatif buat keluarga :) TFS.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupp pengelolaan wisata oleh pokdarwis masih terbilang efektif dan tujuannya pemberdayaan masyarakat juga mba

      Hapus
  9. So cool! Bebatuan yang dikikis oleh alam itu, buat saya terlihat magical. Bentuknya yang ga simestris justru artisitik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupp itulah seni nya, gradasi warna dan bentuk yang gak beraturan juga jadi alasan sebagian pengunjung ingin datang kesini

      Hapus
  10. Selalau ada kekhawatiran ketika tempat wisata semakin ramai. Tapi semoga saja pokdarwis di sana bisa mengontrol jumlah pengunjung dan juga mengawasi perilaku pengunjung yang berkunjung :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupp betul banget. Ketika sebuah tempat wisata bar muncul dan viral di medsos efek negatif nya pasti harus dipertimbangkan. Untuk itu ada penyuluhan berkala dari desa ataupun dinas terkait kepada pokdarwis.

      Hapus
  11. Ini cantik loh kak Dias. Aku jadi penasaran coba kesana pake motor. Hehehe
    Kalau aku sih, akses susah tp pemandangan bagus pasti aku terjang sih. Karena semua perjuangan pasti terbayar waktu sampe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha sama yah, gak peduli mau kaya gimana track nya klo sepadan dengan apa yang kita dapat (view & pengalaman) pasti bukan halangan.

      Hapus
  12. Aku sih udah pernah denger Sanghyang Heuleut, Sanghyang Tikoro, sama Sanghyang Poek. Yang pertama disebut memang terkenal banget. Cuma kalo ketiga sanghyang lainnya kan airnya hijau toska menggoda gitu. Kalau Sanghyang Kenit gitu memang airnya warna seperti itu ya?

    Opsi transportasi terbaik tetap sepeda motor ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Opsi dari Bandung tetep mending pake motor, bisa sekalian mampir ke beberapa lokasi yang terlewat. Kenit ini memang lokasinya paling akhir (hilir) jadi airnya sebagian pembuangan dari PLTA Saguling

      Hapus
  13. Ternyata masih ada 'hidden gem' dari Citarum, ya. Semoga aja gak ikut tercemar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyaallah saat ini sudah dikelola oleh pokdarwis dan masyarakat sekitar.

      Hapus
  14. Bentuk & penampakan bebatuannya khas banget ya.. cakeep..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gradasi warna nya bisa menjadi patokan ketinggian air yang pernah menutup batu itu

      Hapus
  15. Wah seru ya kalo bertualang ke sana.
    Ini serunya kalo rame2,, sambil naik motor beriringan gitu ya.

    BalasHapus
  16. Saya ada keluarga di daerah Rajamandala, tapi sejujurnya baru tahu lho kalau ada Sanghyang Kenit ini. Bisa nih kapan-kapan main ke sana. Tapi perjalanannya lumayan juga ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh sebelah mananya, saya tinggal disitu juga. Klo mau maen kontak aja yah banyak tempat yang harus di kunjungi hehehe

      Hapus
  17. Sanghyang itu ada artinya Mas? Penasaran kok nama bbrp tempat itu ada kata "Sanghyang"nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sanghyang itu dewa karena hampir semua destinasi wisata yang berada di sini merupakan aliran dari sungai citarum (purba) dan identik dengan legenda Sangkuriang

      Hapus
  18. Itu aliran sungai yang ada di Shanghyang Kenit itu ngalir kak? Kok tenang banget setenang hatiku. Hahahaa

    Seru banget neh kayanya kalau ke sini, bisa sekalian main ke curugnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mengalir cuma gak besar karena klo siang sengaja dikhususkan untuk area pariwisata. Di hulu nya ada Sanghyang Heuleut semacam curug dan asik juga untuk foto foto

      Hapus
  19. Gua kenit ini bener-bener tempat yang bersejarah,.Semoga bisa dikembangkan lebih baik lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah sekarang sudah di kelola oleh pokdarwis setempat

      Hapus
  20. Jujur sebenernya aku agak takut Ama gua2 begini mas. Mungkin Krn gelap dan aku ngebayangin ular hahahah. Tapi semoga ga ada ular yg diam2 masuk yaaa..

    Menarik sih sebenernya.. walo kadang suka ngerasa sesak kalo masuk ke tempat sempit begitu, tapi asal ditemeni guidenya aku masih bisa tahan. Kapan2 lah , kalo ke Bandung lagi, mau coba wisata kesana :)

    BalasHapus

Posting Komentar