10 UKM Indonesia Yang Berhasil Go Internasional


Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia bisa dibilang bertumbuh sangat pesat. Di pertengahan tahun 2016, jumlah UKM di Indonesia kini telah mencapai 57,9 juta. Jumlah tersebut sudah sangat potensial UKM untuk bisa go internasional.
Pemerintah sendiri kini sedang mendorong penuh agar para UKM tersebut bisa go internasional. Salah satu caranya dengan mengajarkan mereka menggunakan internet yang menjadi salah satu cara memudahkan pemasaran hingga ke pasar internasional.
Bersama dengan PT. Pos Indonesia, kini pemerintah sedang menyiapkan rumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemasaran dan jaringan usaha UKM. Dengan memperluas jaringan ini diharapkan UKM yang belum merambah ke market place bisa bertambah. Sehingga memudahkan mereka untuk mempromosikan usaha mereka.
Tak hanya itu pemerintah pun memudahkan para UKM untuk membantu pembuatan sertifikat halal MUI, hak Cipta, SNI dan lainnya. Usaha tersebut tak lain untuk memudahkan mereka untuk bisa menembus ke pasar global. Karena jika ingin menembus ke pasar global, syaratnya bukan hanya produknya yang berkualitas namun juga telah memiliki perizinan-perizinan tersebut.
UKM yang didorong untuk maju ke taraf internasional beragam. Mulai dari kerajinan, fashion, kuliner hingga hasil pertanian. Namun yang lebih disukai oleh orang luar negeri adalah kerajinan dan fashion . Meskipun kerajinan dan fashion yang menjadi favorit mereka namun ada juga UKM yang bergerak di sektor lain yang memiliki daya tarik di pasar global.
Bahkan UKM tersebut telah dinilai layak menjadi UKM percontohan karena telah mampu menjajaki pasar internasional. Karena bukan hanya berhasil meningkatkan perekonomian negeri namun juga bisa mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.

1. Usaha Dagang Bandar Mina
UKM Indonesia yang Tembus Pasar Global
UKM yang satu ini bergerak di bidang eksportir ikan kerapu macan dan bebek. UKM yang berasal dari Bali Utara itu hasilnya akan diekspor ke Hongkong , Cina, Jepang,  Thailand, Singapura, Korea dan Amerika Serikat. Ikan yang diekspor bukan hanya bentuk kemasan namun juga dalam kondisi segar.
Jika dalam bentuk kemasan biasnya ikan dikeringkan atau dibekukan terlebih dahulu. Selain memasarkan hasilnya ke pasar global, UKM ini juga dinilai berhasil  memberdayakan para nelayan dan penduduk Bali untuk memperoleh bibit ikan kerapu yang unggul.
2. PT. Bamboo Media Cipta Persada

Siapa bilang Indonesia ketinggalan dalam bidang teknologi. Jika nyatanya ada UKM yang bergerak dalam pengembangan teknologi informasi untuk pendidikan, perusahaan IT dalam pembuatan modul dan program konten berhasil dilirik oleh pasar global.
UKM tersebut adalah PT Bambu Media Cipta Persada yang telah berhasil menjadi perusahaan yang mampu membuat program-program dengan tujuan ekspor seperti mampu melihat peluang yang unik, mampu menjaga kearifan lokal Indonesia dengan tujuan ekspor ke Eropa. Perusahaan tersebut telah membuat program-program yang akan diekspor negara Eropa, Amerika Selatan dan Korea.

3. PT Ika Indo Industri Karbonik
UKM Indonesia yang Tembus Pasar Global
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang berasal dari Medan Sumatera Utara ini telah mampu membuat ekspor karbon aktif yang banyak digunakan di pasar Amerika dan Eropa. Bahan bakar tersebut terbuat dari bahan sederhana yaitu batok kelapa.
Perusahaan yang awalnya hanya sebuah UKM kecil yang didirikan sejak tahun 1988 ini berkembang seiring dengan berkembangnya inovasi dan teknologinya. Produk yang dihasilkan dari karbon aktif tersebut digunakan di dalam pemurnian air dan berbagai proses industri. Karbon aktif berbahan baku tempurung kelapa (CSAC) dianggap telah memiliki kualitas terbaik karena kekerasan dan porositasnya memberikan daya tahan dan daya serap yang tinggi.
UKM di tahun 2013 telah dijadikan UKM percontohan oleh kementerian perdagangan. Karena dinilai mampu melihat peluang yang unik, mampu menjaga kontinuitas baik dari kualitas maupun kuantitas.
  1. Schmiley Mo
UKM Indonesia yang Tembus Pasar Global
Merupakan salah satu UKM Indonesia yang bergerak di bidang fashion. Nama mereka kini sudah tak awam lagi di Inggris London. Karena produk yang dihasilkan berhasil mencuri perhatian masyarakat London.
Produk UKM yang dipimpin oleh Dina Rikasari tersebut berhasil dipamerkan di Pure London di Olympia. Sebuah pameran yang merupakan ajang pertemuan antara para pebisnis di bidang fesyen mulai dari pakaian, celana, tas dan aksesoris lainnya.
Produk Schmiley Mo yang kebanayak warna-warna pastel ini memang sengaja disuguhi untuk kaum urban modern yang disesuaikan juga dengan kebutuhan masyarakat di Indonesia seperti luaran, atasan, bawahan, terusan dan rok.

5.Gendis Bag, Tas dari Eceng Gondok
Eceng gondok, tanaman yang tumbuh di perairan ini sering dianggap sesuatu yang tidak berguna bahkan keberadaannya sering dianggap mengganggu perairan karena berkembang biak terlalu banyak. Namun, siapa sangka jika eceng gondok bisa menjadi bahan untuk membuat tas.
Salah satunya tas yang diproduksi oleh home industri yang digawangi oleh seorang dokter gigi bernama Ferry Yuliana. Selain eceng gondok, Gendhis Nag juga terbuat dari rotan dan tanaman menthong. Lia, sapaan akrabnya sebenarnya membuka bisnis ini lantaran prihatin dengan bahan baku tas tersebut yang dijual petani dengan harga yang sangat murah. Padahal jika dikreasikan maka akan menjadi produk yang harganya lebih tinggi.
Produk yang dihasilkan dari Gendhis Bag 70 persen terbuat daru bahan alami dan dikerjakan dengan tangan sendiri. Selain itu para pengrajinnya yang rata-rata petani sebelum berkerja diajarkan teknik menganyam terlebih dahulu oleh Lia.  Kini Bag Gendis, sudah bisa menembus ke pasar mancanegara beberapa negara langsung memesan tas produksinya. Mulai dari Jepang hingga Amerika Serikat.

6. Kejaya Handycraft
Pelepah pisang atau batok kelapa biasanya tak berguna setelah buahnya dimanfaatkan. Namun tidak di tangan Khotibin. Sejak tahun 1993, Khotibin telah merintis usaha kerajinan tangan dari pelepah pisang dan batok kelapa. Namun tak mendapat sambutan pasar, apalagi kala krisis moneter menerjang.
Ketika krisis moneter mereda, barulah Khotibin mulai mengembangkan usahanya kembali. Dirinya mengenalkan karyanya lewat pameran-pameran yang diadakan oleh pemerintah. Hingga akhirnya usaha yang diberi nama Kejaya Handycraft ini mulai berkembang kembali sekitar tahun 2000.
Ketika itu ada orang dari Inggris yang mau memesan tempat tisu dan lilin yang terbuat dari bahan alami. Orang tersebut memesannya dalam jumlah banyak  satu kontainer dalam waktu dua bulan. Sehingga Kejaya Handycraft harus memperkerjakan ratusan karyawan. Untungnya pesanannya bisa tepat waktu dan hasilnya tidak mengecewakan.
Kini setiap bulannya Kejaya Handycraft harus menyuplai 10 ribu tas dari batok kelapa yang harus diekspor ke Hawai selain itu Kejaya Hanycraft juga memproduksi alat muski seperti Karimba dan Marakat yang dikirim ke sejumlah negara di Eropa seperti Perancis dan London.
7. Batik Notohadinegoro
UKM Indonesia yang Tembus Pasar Global
Memadukan antara tradisional dan moderen itulah yang dilakukan oleh Indi Wulandari pemilik Batik Notohadinegoro. Menurutnya setiap batik memiliki karakter kekinian dan dipastikan memiliki karakter khas Jember bukan karena nilai warisan.
Setiap bulannya Indi selalu membuat desain baru dari Rumah Batik Notohadinegoro miliknya. Batiknya yang dibuatnya selalu memiliki cerita tersendiri mengenai Jember yang dikemas dengan karya kontemporernya. Misalnya saja salah satu karyanya dia buat dengan nama Jamu Gendong yang terinpirasi dari penjual jamu yang biasa mangkal di jembatan penyebrangan orang (JPO) Jompo.
Selain itu ada juga karyanya yang bertemakan Bathari Boemi Labako, yang bercerita tentang seorang Bupati Wanita yang dikenal dengan ketegasannya sehingga menimbulkan kontroversi. Meski setiap bulannya mendesain dengan tema yang berbeda, namun disetiap batik yang dibuatnya mengandung kekhasan sendiri karena memiliki desain daun tembakau. Karena daun tembakau merupakan komoditas terbesar yang dihasilkan oleh Jember.
Nama batiknya dinamakan Notohadinegoro karena nama tersebut sudah menjadikan kesepakatan tertulis sebagai tokoh Jember.

8. UKM Intako Sidoardjo
 Indonesia yang Tembus Pasar Global
Meski terkena musibah berkepanjangan dengan menyemburnya lumpur Lapindo namun Sidoardjo tak mau terpuruk. Bahkan Sidoardjo tetap eksis dalam bidang Usaha Kecil dan Menangah (UKM) hingga menyasar  ke pasar global. Salah satunya pengusaha yang tergabung dalam Koperasi Industri Tas dan Koper (Intako) di Tanggulangin, Sidoardjo.
Berkat dukungan pemerintah produknya berhasil di ekspor ke pasar Italia. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo memang selalu berupaya agar produk UKM tersebut bisa diekspor ke luar negeri. Salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan Italia untuk ekspor tas dan kerajinan lainnya di produksi Koperasi Industri tas dan Koper (Intako) Tanggulangin.
Untuk menembus pasar Italia tidaklah mudah namun karena pendekatan Pemkab Sidoardjo dan PT Agiomultimex akhirnya bisa dilakukan dengan penandatangan kerjasama-kerjasama oleh Bupati Sidoardjo sehingga produk Sidoarjo mampu diekspor ke Italia.
Meskipun Italia terkenal dengan negara yang memproduksi tas yang berkualitas Tinggi tetapi negara tersebut dengan tangan terbuka menerima tas yang diproduksi oleh UKM Sidoardjo. Hal ini dikarenakan UKM tersebut memang menghasilkan tas yang berkualitas tinggi.

9. Jenang Sinar 33 Kudus
UKM Indonesia yang Tembus Pasar Global
Meski hanya makanan tradisional namun Jenang Sinar 33 Kudus tak mau kalah. UKM yang satunya telah mengembangkan sayapnya hingga ke pasar global meski di negeri sendiri Jenang kerap dipandang sebelah mata.
Jenang 33 ternyata makanan semacam dodol yang telah dibuat oleh 3 generasi dari keluarga Hilmi. Usaha ini sudah berdiri sejak tahun 1910 an. Namun usaha tersebut baru bisa menembus ke pasar internasional ketika dipegang oleh Hilmi dalam sebuah naungan perusahaan yang bernama PT Mubarokfood Cipta Delicia.  Meski tak mudah bagi Hilmi harus melakukan usahanya hingga bisa diterima di pasar global. Salah satu kesulitannya adalah saat harus merombak konsep jenang yang selama ini sudah mendarah daging di UKMnya. Dirinya merombak jeneng menjadi lebih modern, dan usahanya itu tak mulus karena tak semua karyawan mau menerimanya terutama karyawan yang telah lama bekerja. Akhirnya dia pun berhasil meyakinkan para karyawan yang bekerjanya sejak jenang masih UKM kecil. Hasilnya kini Jenang 33 Kudus telah memiliki pasar di China, Taiwan, dan Cinatown Amerika.
10. Keset Perca Irma Suryati
UKM Indonesia yang Tembus Pasar Global
Meski menyandang sebagai penderita difable bukan berarti Irma Suryati harus berpangku tangan dia justru membuka lapangan pekerjaan. Kaki Irma mengalami cidera berat di usianya yang menginjak 4 tahun sehingga membuatnya tak mampu menggerakan kakinya dan harus berjalan mengenakan tongkat.
Namun, bagi Irma itu bukanlah sesuatu keterbatasan dalam mencari mata pencaharian, meski karena kekurangannya tersebut tak satupun perusahaan yang mau menerimanya bekerja. Hingga Irma pernah hampir putus asa. Tapi itu tidak lama, dia akhirnya membuat kerajinan perca karena sering melihat ibunya membuat taplak dan keset dari kain perca. Kebetulan dia mendapatkan kain sisa perca di pabrik garmen.
Hasil kerajinannya berupa keset tersebut dijual ke siapa saja yang mau membelinya seperti para tetangga. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1994 Irma pun pindah ke Solo dan mengikuti program Rehabilitasions Centrum (RC), setahun berselang Irma lulus dan menikah dengan seniornya di RC.
Bersama suami yang kebetulan bisa melukis, akhirnya mereka berdua mengembangkan keset yang dilukis dengan karakter kertun animasi. Hingga membuat kesetnya semakin diminati. Orderan pun semakin meningkat hingga di tahun 2000 bisa meraih omzet hingga Rp850juta,
Sayangnya disaat puncaknya mendapatkan keuntungan Irma justru mendapatkan musibah, harta miliknya habis terbakar hingga sepeserpun ia tidak memiliki uang. Namun Irma dan suami yakin bahwa semua hanya titipan Allah. Mereka pun memulai usahanya dari nol dengan hijrah ke kampung halaman suami di Kebumen Jawa Tengah di tahun 2002.
Irma mengontak perusahaan lama yang membeli limbah percanya. Dirinya juga mengajak 300 teman-temannya yang difable untuk membuat kerajinan perca. Padahal saat itu Irma belum mendapatkan omzet, karena belum memiliki pasar di Kebumen. Namun Irma mencoba menitipkan kesetnya di pasar atau pedagang dengan hara Rp3000-Rp5000.
Irma juga mencoba peruntungan di pasar-pasar Jakarta. Selama empat tahun, Irma dan Suami, naik turun angkot untuk memasarkan kesetnya. Dan akhirnya usahanya membuahkan hasil, usahanya semakin dilirik pasar apalagi setelah kesetnya dimodifikasi dibentuk menjadi karakter-karakter animasi. Dan kini usahanya membuahkan hasil, keset Irma telah berhasil diimpor ke Australia, Jerman, Jepang dan Turki.
Itulah 10 UKM dari Indonesia yang sudah bisa menembus pasar Internasional yang bisa menjadi inspirasi bagi para UKM lain. Dan kedepannya semakin membuka jalan untuk UKM Indonesia Go Internasional.

SOURCE 

Komentar

  1. Mantap ...
    Semoga ini menjadi inspirasi sehingga lebih banyak lagi UKM Indonesia yang bisa Go Internasional

    BalasHapus
  2. Maju terus UKM Indonesia, peran pemerintah juga sangat vital untuk terus mendorong Bangkitnya Semangat UKM Indonesia untuk terus survive dan berkarya. Salam UKM

    BalasHapus
  3. yang ini perlu di di tularkan ke semua umkm

    BalasHapus
  4. Ah lega deh baca postingan ini. Keren juga nih UKM-nya bisa go internasional. Selamat ya 👍

    BalasHapus

Posting Komentar