Serunya Memperingati Hari Kemerdekaan Di Kampung Adat Cireundeu

Momen Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus mungkin bagi sebagian orang hanya lah sebuah hari libur nasional ataupun hari dimana kita bisa melihat parade atau karnaval kendaraan hias serta para pesertanya dengan kostum beraneka ragam. Akan tetapi apa rasanya jika kita merayakan momen Hari Kemerdekaan negeri ini di tempat yang sedikit berbeda. Tentunya akan menjadi sebuah pengalaman yang menarik buat kita sendiri bukan?.

Seperti yang saya alami dan rasakan sendiri saat mengikuti perayaan Hari Kemerdekaan tahun 2019 silam. Saya beserta beberapa teman dari GenPI Bandung Raya diundang untuk mengikuti acara Jurit Wengi oleh pengurus Kampung Adat Cireundeu Cimahi Jawa Barat. Acara Jurit Wengi tersebut diselenggarakan dalam rangka memperingati detik detik kemerdekaan dan tentunya napak tilas kejadian 17 Agustus yang dilalui oleh para sesepuh Kampung Adat Cireundeu di gunung puncak salam puluhan tahun silam.


Yang membuat saya tertarik mengikuti acara Jurit Wengi ini adalah kita melakukan nya diatas gunung puncak salam, yang mempunyai ketinggian 927 mpdl. Selain itu kita juga harus mengikuti aturan adat di Kampung Adat Cireundeu yakni dilarang menggunakan alas kaki ketika pergi ke gunung puncak salam. Kebayang kan bagaimana serunya mendaki gunung tanpa menggunakan alas kaki dan dilakukan pada malam hari?.

Baca juga : PERJALANAN MENGUNJUNGI KAMPUNG ADAT CIREUNDEU DAN BERMALAM DI PUNCAK SALAM

Setelah 45 menit perjalanan mendaki puncak salam dengan hanya mengandalkan cahaya rembulan, akhirnya kami sampai di lokasi kegiatan. Ternyata sudah ada beberapa rombongan komunitas yang juga mengikuti kegiatan Jurit Wengi ini sampai terlebih dahulu. Mereka berbaur dengan beberapa warga lokal yang membantu mempersiapkan upacara Jurit Wengi ini. Sebelum acara dimulai saya beserta 3 orang teman berinisiatif mendirikan tenda hanya untuk berjaga-jaga kalau hujan turun.

Upacara Jurit Wengi dimulai dengan menyalakan api unggun sambil dibacakan doa-doa oleh ketua adat dengan diiringi alunan musik kecapi serta tarawangsa. Semua peserta upacara Jurit Wengi pun larut dalam suasana, hanya alunan musik kecapi serta bunyi kayu bakar yang dilalap si jago merah. Kami para peserta mendengarkan penjelasan asal-usul dilakukannya upacara Jurit Wengi ini oleh ketua adat. Sambil bercengkrama ditengah hangat nya api unggun. Kami pun disuguhi hidangan khas Kampung Adat Cireundeu seperti minuman bandrek serta rebusan umbi-umbian untuk mengganjal perut. Selesai upacara kami berbincang dengan para peserta dan tak lupa juga berfoto-foto untuk sekedar dokumentasi. 

Baca juga : MENTARI PAGI DI KASEPUHAN SINAR RESMI

Tak terasa malam pun sudah semakin larut, saya beserta teman-teman bersiap untuk beristirahat agar besok pagi tidak bangun kesiangan untuk mengikuti upacara pengibaran bendera. Di keesokan harinya setelah disuguhi sarapan pagi dan pemandangan kota Bandung yang sangat terlihat jelas disini, saya beserta peserta jurit wengi bersiap melakukan upacara perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia sekaligus pengibaran bendera. 

Yang membuat saya terharu adalah ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan. Mata mendadak terasa panas entah kenapa tiba-tiba menetes air mata merasakan haru yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Meskipun perayaan Hari Kemerdekaan ini saya habiskan dengan mengikuti upacara Jurit Wengi, serta pengibaran bendera diatas Gunung Puncak Salam, jujur ini adalah pengalaman yang paling seru dan berkesan. Kalau kamu sendiri bagaimana?

Komentar