Mempersiapkan Generasi Emas Di Tahun 2045 Yang Peduli Akan Gizi Dan Kesehatan Reproduksi



Saya secara pribadi sangat mengagumi beberapa kata bijak dari Bapak Proklamator kita yakni Ir. Soekarno mengenai seorang pemuda, salah satunya yang berbunyi "Seribu orangtua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia".

Bagaimana begitu dibanggakan seorang pemuda dimata Presiden pertama Indonesia ini sehingga kemampuannya diibaratkan bisa mengubah dunia. Tapi bagaimana jadinya jika pemuda yang kelak menjadi harapan bangsa dan negara, justru tidak mempunyai kepedulian akan permasalahan kesehatan nya dirinya sendiri?.

Baca juga : PERAN SERTA BIDAN DALAM MENGEDUKASI MASYARAKAT UNTUK PENCEGAHAN TERJADINYA GIZI BURUK

Tentunya hal tersebut sangatlah berpengaruh bagi keberlangsungan masa depan para pemuda nantinya. Apalagi Indonesia akan menuju usia emas pada tahun 2045. Pada saat itu, Indonesia genap berusia 100 tahun alias satu abad. Di masa itu, ditargetkan Indonesia sudah menjadi negara maju dan telah sejajar dengan negara besar lainnya di dunia.

Remaja Sehat Masa Depan Cerah

Senin 9 Januari 2023 lalu, saya diundang untuk menghadiri acara seminar gizi dan kesehatan reproduksi yang diselenggarakan di SMA Negeri 1 Bandung. Acara ini diinisiasi oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (
YAICI) bekerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Barat dan tentunya tuan rumah SMA Negeri 1 Bandung.

Hadir sebagai narasumber di acara seminar ini yakni : Dr. dr. Muhammad Alamsyah, Sp. O.G, Subsp. K.Fm., KIC, M.Kes - Dokter Kandungan, Mira Karmila, S.Keb.,SKM.,M.Kes - Wakil Ketua 2 IBI Jawa Barat, dan Arif Hidayat - Ketua Harian YAICI. Hadir juga beberapa rekan media cetak maupun online serta para blogger untuk ikut menyebarluaskan informasi terkait acara seminar ini.


Arif Hidayat dalam paparannya menyebutkan hasil riset kesehatan di tahun 2018 menyebutkan 3-4 dari 10 orang remaja di Indonesia menderita anemia atau kekurangan zat besi. Selain penyakit yang dapat menurunkan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran dan produktivitas ini, ternyata masih ada 3 penyakit lainnya yang menjadi masalah kesehatan remaja di Indonesia. Stunting atau kurangnya tinggi badan, kurang energi kronis (kurus), serta obesitas (kegemukan) adalah beberapa penyakit lainnya yang menjadi masalah kesehatan remaja di Indonesia.

Selain itu faktanya ada 5 penyakit yang terbanyak diderita oleh remaja di Indonesia yakni : diabetes, lambung, asma, obesitas, dan tekanan darah tinggi. Semua penyakit ini muncul karena minimnya literasi gizi dan pola hidup sehat yang tidak berjalan. Tren gaya hidup generasi saat ini yang memilih makan dan minum tanpa mikir kandungan apa yang ada didalamnya. Mengkonsumsi junk food, lebih banyak nongkrong dan bermain gadget, serta munculnya istilah "kaum rebahan" yang memunculkan gaya hidup kurang gerak.



Satu lagi mengenai pemahaman masyarakat akan susu kental manis (SKM) yang saat ini masih beredar dipasaran, mereka masih mengira kental manis itu adalah susu. Padahal kental manis yang beredar di di masyarakat mempunyai kandungan gula yang melebihi ambang batas yang ditetapkan per hari yakni 2 sendok makan dan tidak layak dikonsumsi oleh balita secara langsung.

Dampak dari mengkonsumsi kental manis yang berlebihan akan menimbulkan beberapa penyakit diantaranya seperti obesitas, diabetes, stunting, bahkan kematian bagi balita. Ini yang masih menjadi PR didunia kesehatan Indonesia karena tingginya angka stunting yang bertahan di angka 24%.


Kurangnya pengetahuan gizi menurut Mira Karmila akan menimbulkan banyak dampak, salah satunya adalah menyebabkan pola makan yang salah. Pola makan merupakan perilaku yang penting karena memengaruhi keadaan gizi seseorang. Gizi baik membuat berat badan normal atau sehat,tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini akibat penyakit.


Makanan yang mengandung unsur gizi sangat diperlukan untuk proses tumbuh kembang. Dengan mengonsumsi makanan yang cukup gizi secara teratur, anak akan tumbuh sehat sehingga mampu mencapai prestasi belajar yang tinggi. Di Indonesia, masalah gizi pada anak usia sekolah terjadi karena kurangnya zat gizi tingkat berat.

Kebiasaan makan yang salah dan sering terlihat pada remaja antara lain ngemil (biasanya makanan padat kalori), melewatkan waktu makan terutama sarapan pagi, waktu makan tidak teratur, sering makan fast foods, jarang mengonsumsi sayur dan buah ataupun produk peternakan (dairy foods) serta diet yang salah pada remaja perempuan. Pola makan remaja seringkali tidak menentu yang merupakan risiko
terjadinya masalah nutrisi. 


Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal yakni : 
- Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif. Asupan gizi pada masa remaja diperlukan karena pada masa pertumbuhan remaja memerlukan nutrisi untuk pembentukan otot dan kematangan organ reproduksi.
- Memberikan cukup cadangan nutrisi bila sakit dan menstruasi (pada perempuan).
- Mencegah permulaan terjadinya penyakit diusia lanjut seperti penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), diabetes, osteoporosis, hipertensi, dan kanker.
- Mendorong kebiasaan pola makan sehat dan gaya hidup sehat (tidak melakukan diet yang berlebihan, tidak merokok, tidak begadang atau tidur cukup 6-8 jam sehari, dan tidak minum alkohol.

Dilain pihak Dr. dr. Muhammad Alamsyah, Sp. O.G, Subsp. K.Fm., KIC, M.Kes menjelaskan beberapa permasalahan kesehatan reproduksi yang masuk kedalam cakupan pelayanan kesehatan reproduksi diantaranya : Kesejahteraan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana (KB), Kesehatan Remaja, Pencegahan dan Penanggulangan penyakit Hubungan Seksual
(HIV/AIDS), Kesehatan Usia Lanjut, Pelayanan terpadu Kekerasan dalam Keluarga.

Pada akhirnya diperlukan pemahaman dan edukasi yang cukup bagi remaja dan milinial agar lebih bijak dalam memilih dan mengkonsumsi makan bergizi serta lebih peduli akan pentingnya kesehatan reproduksi dimasa remaja.

Komentar