Melihat Wujud Nyata Bhineka Tunggal Ika Di Kampung Adat Cireundeu

                      

Ada pemandangan menarik ketika Kampung Cireundeu menggelar upacara adat untuk memperingati Tutup Taun 1952 Ngemban Taun 1953 1 Sura Tahun Saka Sunda beberapa waktu lalu. Ada berbagai buah-buahan serta umbi-umbian yang ditumpuk menyerupai sebuah gunung.

Semuanya itu merupakan hasil bumi dari penduduk kampung Cireundeu yang disuguhkan dalam upacara tersebut. Upacara adat ini merupakan agenda rutin yang dilaksanakan oleh Kampung Cireundeu sebagai bentuk rasa syukur atas kesejahteraan serta hasil panen yang melimpah dalam satu tahun bercocok tanam.


Selain dihadiri para pejabat seperti Walikota Cimahi, jajaran Muspida Kota Cimahi, sesepuh Kampung Adat Cireundeu, juga turut hadir para pemuka agama yang ada di Kampung Cireundeu. Ada dari Konghucu, Hindu, Kristen, Muslim dan termasuk dari kampung adat sendiri yakni Aliran Kepercayaan Sunda Wiwitan.
 
                           

Sesepuh Kampung Cireundeu Abah Widi mengatakan, "Ini adalah bentuk Bhineka Tunggal Ika yang nyata ada di tanah air kita tercinta. Perbedaan suku, adat, bahkan keyakinan tidak menjadi suatu hambatan untuk terciptanya sebuah tatanan masyarakat yang makmur, adil, aman, dan sejahtera".

Dalam upacara tutup tahun Kampung Adat Cireundeu para pemuka agama memanjatkan doa sesuai keyakinan masing-masing. Pesan dalam doa sesuai dengan keyakinan masing-masing dari para pemuka agama itu sebagai simbol menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Ada doa bersama, dari berbagai agama, kita satu, Indonesia, perbedaan di sini harus tetap dijaga," ujar Abah Widi.

Baca juga : PERJALANAN MENGUNJUNGI KAMPUNG ADAT CIREUNDEU DAN BERMALAM DI PUNCAK SALAM

Kampung Cireundeu secara administratif termasuk kedalam wilayah Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat. Kampung Cireundeu ini merupakan salah satu kampung adat yang ada di Jawa Barat bahkan Indonesia yang masih memegang teguh adat serta budaya dari jaman nenek moyang hingga saat ini.

Yang menariknya sudah hampir 100 tahun tepatnya sejak tahun 1918 hingga sekarang, ada 60 kepala keluarga dari 400 kepala keluarga di Kampung Adat Cireundeu yang tidak pernah makan nasi. Mereka mengganti nasi dengan umbi-umbian berupa singkong yang diolah menjadi rasi (beras singkong) dan dimasak menyerupai nasi pada umumnya. Sebuah perbedaan yang pada akhirnya justru menjadi sebuah kekuatan bagi Kampung Adat Cireundeu dalam mempertahankan adat istiadat nenek moyang mereka ditengah pesatnya era globalisasi.


"Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta".
Mohammad Hatta

Komentar

  1. menarik banget ulasannya...jadi memfokuskan diri sama adat kebiasaan warga sana yang makan nonnasi ...gantinya umbi umbian...bisa untuk menambah kompleksitas karbo juga nih, umbi umnian juga lezat...hehe

    menarik nih...jadi kangen ke bandung...dan khususnya ke cimahi...aku blom pernah..baru seputar bandung kota :)

    BalasHapus

Posting Komentar