Keren!! Ada Berbagai Inovasi Yang Hadir Dalam Lomba Bidan Sahabat Ibu dan Anak


Terkadang ada beberapa pandangan minor yang sedikit mendeskreditkan peran seorang bidan didalam perkembangan kesehatan masyarakat, terlebih untuk di daerah-daerah terpencil. Padahal jika kita telusuri lagi, peran seorang bidan itu sangat lah vital karena bidan merupakan ujung tombak terdepan pelayanan dasar kesehatan ibu dan anak. Bidan lah yang berdiri dibarisan paling depan mengawal optimalisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) guna terciptanya generasi emas tahun 2045.

Hal itu tentu saja bukan perkara yang mudah, karena seperti kita ketahui sendiri,masalah stunting masih menjadi masalah gizi utama pada bayi dan anak di bawah usia dua tahun di Indonesia. Situasi ini tentunya harus segera diatasi karena akan menghambat momentum Generasi Emas Indonesia di tahun 2045. Pada awal tahun 2021, pemerintah Indonesia menetapkan target penurunan stunting hingga 14% pada tahun 2024.

Data BKKBN menunjukkan, prevalensi stunting pada balita disebabkan oleh banyak faktor berbeda. Dari 5 juta  bayi yang lahir setiap tahunnya, tidak kurang dari 1,2 juta bayi lahir dengan  stunting. Keterbelakangan pertumbuhan adalah akibat dari kehamilan. Ibu hamil melahirkan bayi dengan stunting. Saat ini, balita mempunyai angka stunting sebesar 23%. Kemudian setelah lahir banyak bayi yang lahir normal namun kemudian  stunting hingga angkanya mencapai 27,6%. Artinya 23% berasal dari bayi yang lahir di bawah standar.

Lomba Bidan Sahabat Ibu dan Anak

Beberapa hari yang lalu saya menerima chat dari Teh Andini salah satu teman blogger yang menawarkan kerjasama untuk membantu mempublikasikan kegiatan dari Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI). Tentunya saya pun menyanggupinya, karena bukan kali ini saja saya bekerjasama dengan YAICI dari project pertama yakni bersama Aisyiyah selanjutnya dengan PD IBI Jabar dan yang terakhir edukasi kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Bandung. Bukan apa-apa, selain memang merupakan suatu pekerjaan, ada tanggung jawab moral juga yang harus saya lakukan untuk menyampaikan informasi dalam hal kesehatan kepada masyarakat banyak melalui tulisan di blog ini.

Kali ini saya berkesempatan melihat secara langsung Lomba Bidan Sahabat Ibu dan Anak yang diprakarsai oleh YAICI serta Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia (PD IBI) Jawa Barat. Lomba ini merupakan bentuk apresiasi kepada para Bidan yang khususnya berada di wilayah Bandung Raya meliputi Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat serta Kabupaten Sumedang. 

Karena saya berdomisili di Kabupaten Bandung Barat, saya harus meliput kegiatan di dua tempat yakni di RSUD Cililin dan Kantor Desa Sirnaraja Cipeundeuy. Meskipun jarak dari Cililin ke Cipeundeuy ibarat dari ujung Selatan ke ujung Barat, tapi tidak menjadi kendala buat saya untuk menghadiri acara tersebut.

Inovasi SINANSI di RSUD Cililin 

Rumah sakit yang diresmikan 15 Mei 2012 oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan ini menjadi RSUD pertama yang ada di kabupaten Bandung Barat. Tentunya dengan dibangunnya RSUD Cililin ini diharapkan bisa mengakomodir kebutuhan kesehatan masyarakat di daerah Selatan wilayah Bandung Barat.

Yang dulunya setiap ada masyarakat di daerah Selatan yang sakit ataupun dirawat, harus dibawa ke RSUD Cibabat Cimahi atau ke RSHS Bandung. Tetapi sekarang sudah lebih enak lagi dengan adanya RSUD Cililin ini. Terlebih untuk para ibu yang hendak melahirkan atau juga yang dirawat pasca melahirkan.

Karena menurut Bidan Jamilah Sulastri, SST., M.Keb yang juga merupakan peserta lomba edukasi Bidan Sahabat Ibu dan Anak ini, di RSUD Cililin telah berhasil melakukan inovasi dengan hadirnya SINANSI kependekan dari Sistem informasi Layanan Edukasi Ruang Perawatan Kebidanan (Nifas). 

Menurut Bidan Jamilah, dengan adanya SINANSI ini para ibu yang akan melahirkan tidak perlu takut akan kekurangan ruangan bersalin. Cukup dengan scan barcode yang ada di SINANSI dan mengisi data diri pasien tersebut, petugas jaga akan segera mempersiapkan ruangan yang diperlukan. Selain itu, di dalam SINANSI ini pun terdapat berbagai informasi mengenai kesehatan ibu dan anak. Mulai dari informasi pangan rendah gula, lemak, garam serta peruntukan kental manis yang sesuai untuk kesehatan.

Inovasi JELITA kekuatan lintas sektor desa

Lokasi kedua yang harus saya kunjungi adalah Kantor Desa Sirnaraja Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat. Kalau jarak lokasi dari rumah saya pribadi mungkin bisa ditempuh dalam waktu 30-45 menit saja. Berhubung saya berangkat dari RSUD Cililin, otomatis waktu yang harus ditempuh pun menjadi dua kali lipat yakni sekitar 90 menit. Tapi tetap bisa saya datangi sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.

Saya sampai di lokasi kedua dan sempat bertemu dengan Kepala Desa Sirnaraja Pak Cecep yang ternyata masih saya kenal karena dulu nya tinggal di dekat rumah saya. Respon beliau mengenai kegiatan ini pun sangat bagus dan mendukung dengan adanya lomba edukasi bidan sahabat ibu dan anak. Selain bisa menambah ilmu pengetahuan bagi para kader, kegiatan ini juga dapat mengangkat nama Desa Sirnaraja.


Adalah bidan Sri Hartati yang merupakan bidan Desa Sirnaraja ini yang melihat masih sedikit kepedulian masyarakat tentang kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak. Masih banyak ibu-ibu yang menganggap bahwa kental manis yang selama ini dikonsumsi dan beredar di pasaran adalah susu. Padahal kandungan yang ada didalam kental manis itu hanya sebagian kecil saja yang mengandung unsur susu.

Maka dari itulah bidan Sri membuat suatu terobosan dengan hadirnya inovasi JELITA (Jejaring Lintas Sektor Peduli Ibu Hamil dan Anak Balita). Dengan hadirnya inovasi JELITA ini semua masyarakat dari berbagai lapisan bisa turut serta dalam segala program kesehatan yang dikhususkan untuk ibu hamil dan anak balita ini.

Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk membuat suatu inovasi yang berdampak terhadap masyarakat banyak, menurut saya ini adalah pahlawan yang sesungguhnya. Karena berkontribusi tidak selalu mengenai hal-hal yang besar, dengan melakukan suatu hal kecil pun kita bisa turut berkontribusi.




Komentar

  1. Yes setuju sekecil apapun kontribusinya tetap akan menimbulkan feedback, semoga tetap berkesinambungan ya

    BalasHapus
  2. Bidan emang ujung tombak banget di masyarakat, sejak memiliki anak pertama. Pas imunisasi setelah lahir saya dan istri sering konsultasi masalah anak ke bidan di dekat rumah. Semoga dengan adanya lomba bidan sahabat ibu dan anak ini bisa berdampak besar ke masyarakat.

    -Dayu Anggoro

    BalasHapus
  3. Bagus sekali kerjasama untuk mengedukasi anak remaja zaman sekarang.
    Semoga anak-anak juga paham sehingga stunting bisa dicegah. Dulu, aku suka mikir bahwa stunting ini hanya ada di wilayah Indonesia 3T. Ternyata di kota besar pun masih membutuhkan edukasi mengenai gizi yang tepat.

    BalasHapus
  4. Bidan nggak cuma buat bantu melahirkan ya kak. bisa jadi garda depan jg untuk edukasi ibu agar memenuhi kebutuhan 1000 HPK

    BalasHapus
  5. Saya selalu hormat dengan bidan. Profesi yang menurut saya dihormati. Menolong ibu melahirkan dengan sepenuh hati dan super sabar ya membantu
    Salam: Dennise Sihombing

    BalasHapus
  6. Sebagai putri dari seorang Bidan, saya mengamini bahwa keberadaan bidan terutama di wilayah yang cukup jauh dari pusat kota sangatlah vital. Apalagi kesehatan ibu dan anak ini cukup penting untuk diperhatikan, dan pejuang terdepan yang menggerakkan berbagai sosialisasi demi meningkatkan kesadaran masrakat tentulah para Bidan.

    BalasHapus
  7. Baru bgt kmrn aku ngobrol dg bidan yg bertugas di Fak Fak,luar biasa pengabdiannya utk negeri ini. Bukan hny membantu persalinan tp sering juga membantu memeriksa anak balita yg sakit krn minimnya nakes di daerah tsb. Bahkan beliau satu-satunya bidan yg ada di 5 kampung terdekat

    BalasHapus

Posting Komentar